Saturday, November 17, 2007

Menjadi PNS, Pilihan atau Kebutuhan?


Begitu banyak tulisan mengenai PNS dipublikasikan. Ada yang menganggap bahwa PNS adalah beban negara yang harus ditanggung rakyat, atau menjadi PNS adalah keputusan yang tidak kreatif karena bekerja di swasta lebih prospektif, atau menjadi PNS karena latar belakang keluarga, atau lain-lainnya.

Berbicara mengenai PNS, memang sering diperdebatkan. Mungkin karena begitu banyaknya pelayanan atau sikap dan tingkahlaku mereka mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah bahkan sampai ke wilayah pedesaan dianggap belum maksimal bahkan terlihat hanya sekedar menjalankan tugas dan kewajiban saja. Perdebatan meningkat ketika pemerintah mempublikasikan akan dinaikkannya gaji pegawai negeri pada bulan Agustus lalu. Kenaikkan gaji pegawai negeri dianggap pemborosan keuangan negara yang akan sia-sia.

PNS sebagai salah satu kelengkapan negara pada dasarnya memang dibutuhkan untuk menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan negara. PNS atau pegawai negeri sipil merupakan salah satu bagian dari PN (pegawai negeri) yang juga meliputi TNI dan POLRI yang jumlahnya saat ini mungkin lebih dari 4 juta orang atau ditambah dengan keluarganya sebanyak 2/3 orang menjadi kurang lebih 14 juta jiwa keluarga pegawai negeri belum termasuk pensiunan. Dean jumlah total tersebut, kira-kira jumlahnya mencapai 5% penduduk Indonesia.

Pernah sekali saya melihat sebuah acara snapshot PNS di salah satu stasiun tv swasta nasional hari Selasa malam, yang menyajikan sisi negatif PNS, seperti datang ke kantor siang, jam kantor masih makan di warung, belum istirahat sudah makan-makan, belanja buah dan parcel di jam kantor, 'ngorok' di kantor, dan lain-lain. Di acara tersebut juga ditampilkan komentar MenPAN (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara) yang menyayangkaan kondisi tersebut, tetapi menyadari bahwa kondisi tersebut karena banyak hal dan beranggapan masih banyak pegawai negeri yang disiplin, profesional dan menjaga wibawa (maaf kalau dilebihkan pa). Saya mungkin termasuk salah satu orang yang setuju dengan pendapat beliau. Kacamata kita memang masih berkaca dua, baik dan buruk, itulah kelemahan dan kelebihan manusia yang bukan malaikat.

Berbicara mengenai PNS, saat ini sedang dan sebagian sudah membuka lowongan Calon PNS untuk formasi tahun 2007 di berbagai instansi baik pemerintah pusat (departemen, kementerian, dsb silahkan lihat di www.ri.go.id), pemerintah daerah, dan perguruan tinggi. Tahukan Anda berapa yang mendaftar ke tiap-tiap instansi tersebut? Ternyata benar, jumlahnya bukan ribuan lagi tetapi puluhan ribu orang yang mendaftar. Jumlah yang fantastis mengingat banyaknya instansi yang membuka lowongan tersebut. Dari pendaftar juga bukan hanya orang-orang yang masih menganggur, tapi juga banyak yang sudah bekerja ikut mendaftarkan diri menjadi PNS. Begitu diidamkankah menjadi PNS? Apakah jawabannya sederhana saja karena adanya jaminan hari tua?

Kebetulan hari ini saya sedang di Bandung, berangkat tadi malam mengantar isteri mengikuti ujian CPNS Pusat DEPDAGRI di IPDN Bandung. Sampai di wilayah kampus IPDN pukul 12 malam setelah bermacet-macet dari rumah dan jalan tol cawang-cikampek-padalarang-cikeunyi. Karena setelah memiliki dua anak, isteri berfikiran agar memanfaatkan pendidikannya dan pergaulan yang lebih luas dari sekedar dapur dan kasur serta tetangga-tetangga yang senang gossip. Walaupun juga sebenarnya karena dia tahu bahwa suaminya yang juga seorang PNS sekarang sudah dimandulkan kreatifitasnya di kantor karena dianggap tidak loyal. Entahlah cara dan pola berfikir seperti apa yang dipakai, karena suaminya tidak peduli yang penting bekerja sebaik-baiknya, berfikir positif, berpandangan kedepan, mementingkan kebersamaan, dan yang lebih penting mendahulukan kepentingan keluarga daripada kantor, katanya. Kecuali, jika sistem yang sudah profesional dan mampu menghargai komitmen dan kinerja stafnya (bahan pelajaran manajemen SDM).

Kondisi ekonomi yang sudah mulai banyak berhemat, juga menambah alasan isteri saya bekerja, dan untungnya sekarang ada lowongan PNS. Pilihan hidup memang banyak, tergantung pada keyakinan dan kemampuan kita untuk mewujudkannya. Kebutuhan hidup juga menjadi penting bagi ummat manusia yang merasa membutuhkan dukungan sarana prasarana yang layak agar beribadah menjadi khusuk dan selalu menjadi orang yang mengulurkan tangan di atas bukan di bawah. Wallu'alam bishowab....

No comments: